Kantor Hak Asasi Manusia (HAM) PBB mengungkapkan adanya kemungkinan Rusia melakukan kejahatan perang di Ukraina. Hal itu berkaitan dengan ditemukan sejumlah jasad warga sipil di Kota Bucha, yang berada di wilayah Kiev, setelah tentara Rusia mundur dari wilayah tersebut. Penemuan jasad yang diduga sebagai warga sipil Ukraina yang menjadi korban pembunuhan tentara Rusia.
Pada jasad jasad yang ditemukan tersebut beberapa diantaranya diyakini tewas dengan dieksekusi. Kementerian Luar Negeri Ukraina pun menegaskan bahwa Rusia telah membantai warga sipil Bucha. Sedangkan Rusia membantahnya dan menegaskan bahwa itu adalah aksi provokasi dari Ukraina.
Namun, Kantor HAM PBB menilai adanya kejahatan perang yang dilakukan Rusia di Ukraina dalam kasus ini. “Apa yang kami ketahui sejauh ini jelas meningkatkan pertanyaan yang serius dan mengganggu mengenai kemungkinan kejahatan perang dan pelanggaran berat terkait hukum kemanusiaan internasional,” bunyi pernyataan mereka. Menurut badan dunia tersebut, sangat penting jasad tersebut bisa digali dan diidentifikasi.
“Dengan begitu, kerabat mereka bisa diinformasikan, dan penyebab kematian bisa ditetapkan sehingga membantu memastikan keadilan dan siapa yang bertanggung jawab,” katanya. Sebelumnya, Wali Kota Bucha Anatoly Fedoruk mengungkapkan kebanyakan jasad telah tewas ditembak. Ia pun menambahkan telah mengubur ratusan jasad di sebuah kuburan massal di kota tersebut.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres meminta agar dilakukan investigasi secara independen atas pembantaian di Bucha. Sejumlah negara Eropa pun mengutuk keras pembunuhan tersebut. Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat (AS), Anatoly Antonov menyebut tuduhan pembunuhan warga sipil Ukraina di Kota Bucha adalah tuduhan palsu.
Seperti diketahui perang di Ukraina tampaknya mulai mereda. Hal ini terjadi setelah pasukan Rusia mulai mundur teratur meninggalkan sejumlah kota di Ukraina yang diduduki dalam sebulan terakhir ini. Kondisi ini membuat tentara Ukraina mulai memasuki kota kota yang sebelumnya diduduki Rusia.
Namun di balik itu, terkuat adanya dugaan pembunuhan massal warga sipil di beberapa kota yang diduduki Rusia. Yang paling parah adalah di Kota Bucha, kota di pinggiran Kiev Ibu Kota Ukraina. Anatoly Antonov menegaskan tak ada korban tewas dilaporkan dari Kota Bucha saat tentara Rusia menduduki kota tersebut.
Antonov pun menilai tuduhan pembunuhan tersebut adalah upaya untuk menjelekkan Rusia. “Kementerian Pertahanan Rusia telah secara penuh menolak tuduhan palsu tersebut,” kata Antonov dikutip dari TASS, Senin (4/4/2022). “Saya ingin menegaskan pasukan Rusia telah meninggalkan Bucha pada 30 Maret. Otoritas Ukraina bungkam selama itu, dan mereka tiba tiba memposting foto sensasional untuk menjelekkan Rusia dan membuat Rusia harus mempertahankan diri sendiri,” katanya.
Antonov pun menekankan dengan penuh tanggung jawab, bahwa taka da satu warga sipil yang menderita kekerasan ketika kota itu dikendalikan tentara Rusia. “Bahkan tentara kami mengirimkan 452 ton bantuan kemanusiaan untuk masyarakat sipil,” katanya. Ia pun menambahkan bahwa pasukan Rusia yang menembaki Bucha ketika pasukan Rusia telah pergi, dan hal itu tak dipedulikan Amerika Serikat (AS).
“Inilah yang membuat terjadinya korban sipil. Rezim Kiev jelas berusaha untuk menyalahkan kekejaman itu kepada Rusia,” katanya. Sumber: AP/TASS/Kompas.TV